Selasa, 18 Maret 2014

SITUS POKEKEA

Situs Pokekea terletak di kecamatan Lore Tengah. Keberadaan artefak-artefak megalit ini mengisahkan keagungan tradisi megalit yang berarti pula tingginya peradaban manusia di lembah napu ketika itu. 

Warisan leluhur  berupa   Arca Menhir, Kalamba serta Dolmen ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat sulawesi tengah khususnya masyarakat Lembah Napu atau yang juga dikenal dengan  Topekurehua (suku yang mendiami Lembah Napu).

Hingga saat ini belum ada hasil penelitian arkeologi yang bisa memastikan sejak tahun berapa  tradisi megalit berlangsung dilembah Napu.
Namun berdasarkan priodisasi zaman sejarah, bahwa pernah ada peradaban besar manusia zaman batu besar di lembah napu.

Selain Situs Pokekea di kecamatan Lore Tangah juga terdapat situs Watu Tau dan  Watu Nongko di Kecamatan Lore Peore, situs Tamadue di Lore Utara  serta beberapa situs lainya yang ada di lembah napu.

 


Diyakini masih banyak lagi situs-situs yang belum terinfentarisir karena belum ditemukan, hal ini terbukti dalam beberapa tahun selalu ada temuan-temuan situs megalit. Hal ini dimugkinkan bahwa dilembah napu masih banyak hutan-hutan yang belum terjamah oleh manusia, tidak menutup kemungkinan sebahagian situs megalit masih berada didalam hutan dan semak belukar sehingga tidak terlihat keberadaanya.




 

Betapa artefak-artefak ini seakan berkisah tentang masa lampau kepada kita, bahwa inilah leluhur kalian dengan kemegahan karya meglit yang akan mengingatkan kalian bahwa kami (leluhur) pernah ada bermukim, berbudaya dan berkarya di Lembah Napu ini.


Berdasarkan hasil penelitian arkeologi megalit-megalit di sulawesi tengah berada sejak tahun 3000  SM hingga 1300 SM.

Sulit untuk dibayangkan bagaimana peradaban manusia pendukung kebudayaan megalit kala  itu, apa lagi dengan melihat wujud peninggalan megalit baik arca atau kalamba yang besarnya luar biasa dibentuk hanya dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana.


                     
pertanyaanya kemudian adalah: bagaimana mereka membuat artefak-artefak itu dan berapa banyak orang  mengerjakanya. 

Jika melihat penyebaran situs megalit di Lembah Napu yang terdapat di Desa Tamadue, Watu Nongko, Watu Tau, dan Lembah Beso dapat menimbulkan pertanyaan apakah situs-situs ini dibuat dalam waktu yang bersamaan ataukah tidak bersamaan.

Namun jika dilihat dari bentuk artefak-artefak yang ada "semakin keselatan bentukan (pahatan) artefaknya semakin rapi dan semakin besar. hal ini bisa kita buktikan dengan membandingkan bentukan arca yang berada di desa Tamadue, Watu Nongko, Watu Tau hingga Lembah Besoa, apa lagi jika kita memperhatikan bentukan arca Palindo (patung Sepe) yang berada di Padang Sepe Lore Selatan bentuknya lebih rapih dan lebih besar, demikian pula dengan kalambanya.     

ARCA TADULAKO
(Patung Tadulako)



Inilah Arca Tadulaku atau Patung Tadulako yang terkenal itu, Replika arca ini ada di Museum Propinsi Sulawesi Tengah. Kata tadulako berarti pemimpin, penamaan ini mungkin karena bentuk patung tadulako yang merupakan patung dengan jenis kelamin laki-laki serta perawakan yang tegas dan kuat sehingga diidentikan sebagai pemimpin.   Patung yang berukuran kurang lebih 1,5 meter ini menjadi aikon megalit di lembah napu.

Dewi Mosi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar