Senin, 31 Maret 2014

PETANI NAPU PENGHASIL KOMUDITI SAYUR MAYUR TERBESAR




Berawal dari harapan untuk meningkatkan perekonomian, sekitar 8 tahun yang silam masyarakat Napu yang saat itu hanya mengandalkan komuditi cacao dan kemiri mulai membudidayakan tanaman sayur-mayur tanpa harus meninggalkan komuditi yang suda ada sebelumnya.

Dengan dukungan sumber daya alam yang sangat subur maka budi daya sayur-sayuran pun berhasil bahkan kwalitas komuditinya mendominasi kwalitas komuditi sayur-mayur dari daerah lain.

Adalah Desa Alitupu kecamatan Lore Utara saat ini menjadi areal perkebunan sayur-mayur dan palawija terbesar di Lembah Napu,  meski kondisi jalan menuju desa Alitupu tergolong rusak namun hal ini tidak mematahkan semangat para petani untuk terus mengembangkan budi daya tanaman sayur-mayur mereka.

Kendati tidak intens mendapat perhatian langsung dari pemerintah, para petani sayur-mayur Napu secara mandiri terus mengembangkan pertanianya. dan kini Petani Napu bisa dibilang penyuplay sayur-mayur terbesar di Sulawesi Tengah. 

Puluhan bahkan ratusan ton sayur-mayur diangkut dari napu menuju Kota Palu, Poso, Palopo Selawesi Selatan, serta Kalimantan sebagai daerah pembeli terbesar hasil pertanian dari Lembah Napu. 

komoditi yang paling banyak dibudidayan oleh petani Napu adalah:


Bawang Merah



Cabay


                           

Cabay Kriting






                     

Kacang Panjang








                                 
Daun Bawang


Wortel


Kubis


Labu



                                          
Labu Siam
 



Tomat Apel








Umumnya masyarakat Sulawesi Tengah belum banyak mengetahui  darimana asal sayur-sayuran yang mereka kunsumsi setiap harinya itu. di Lembah Napulah para petani berjibaku untuk penuhi kebutuhan sayur-sayuran masyarakat Palu dan sekitarnya, serta Poso.

Minggu, 30 Maret 2014

LEMBAH NAPU SURGANYA FOTOGRAFER


Lembah Napu memang surga
bagi para fotografer, betapa tidak, dari ratusan ribu hektar padang di perbukitan nan indah serta hutan pinus yang menawan menjadi alasan bagi para fotografer memilih lokasi pemotretan di Lembah Napu.

Antara lain foto yang bertemakan JALAN KEAWAN ini dibidik oleh salah seorang fotografer Palu asal Napu "Rinaldi Mosi".
Lokasi pengambilan foto ini adalah Watu Nongko, tepatnya di sekitar areal bekas perkebunan Teh.

di lokasi ini terdapat pula situs megalit Watu Nongko yang  letak situsnya persis di tepi jalan.  

sepuluh tahun yang silam di tempat ini terdapat sebuah arca, kalamba, serta beberapa tembikar namun kini arcanya  telah raib oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang tersisah hanyalah.kalamba.
Pesona hutan pinus Petondongia pun menawarkan berbagai ide untuk tema fotografi.

Ribuan pohon pinus yang berdiri kokoh serta karakter tekstur batang yang menandakan bahwa pepohanan ini telah berumur cukup lama.

Gilaaa.... gumam  teman saya setelah melihat koleksi foto hutan pinus Napu di laptop milikku......

Inilah salah satu aktifitas pemotretan yang berlokasi di hutan pinus.

Uniknya pemotretan yang bertemakan Red  Riding Hood ini digagas saat sekelompok fotografer berkunjung kerumah teman dinapu dan ketika melihat hutan pinus Petondongia terlahirlah ide untuk membuat foto yang bertemakan Red  Riding Hood.

Takmau menyianyiakan waktu maka  saat itu pula segala sesuatunya dipersiapkan untuk sesi pemotretan termasuk costume, propety serta peralatan penunjang lainya. Alhasil terciptalah beberapa foto indah dari ide yang ditawarkan oleh alam Lembah Napu.

Merasa takpuas para fotografer tersebut berencana akan datang kembali untuk mengeksplorasi keindahan alam Lembah Napu.

Ceritera ini diambil dari kisah   anak-anak Sketsa Graph (kelompok/organisasi fotografer Palu) 


Rabu, 19 Maret 2014

PEREMPAUN DAN SANG PEMIMPIN


Jauh sebelum masuknya kolonial Belanda di indonesia peradaban Topekurehua telah berlangsung  beratus-ratus tahun yang silam.

Hal tersebut dibuktikan dari foto dokumentasi seorang misioner belanda yang sempat mendokumentasikan bekas kampung tua yang sejak saat itu suda tidak ditinggali lagi yakni kampung Lamba.

Kampung Lamba ini merupakan pusat pemerintahan  Napu saat itu, ketika Napu masih dipimpin oleh seorang Perempuan. 

Berbicara soal gender, sejak zaman dahulu masyarakat pekurehua telah mengimplementasikan gender dalam kehidupan sosial masyarakat. hal tersebut dapat dibuktikan dengan keberadaan Pemimpin   Napu yang terkenal adalah seorang perempuan, yang gagah berani bernama Polite.

Kegagahan dan ketangguhan Polite dibuktikan ketika memimpin perang Peore melawan Belanda tahun 1909, ketika itu pasukan belanda  yang bersenjata organik kewalahan melawan  pasukan Napu yang hanya menggunakan tombak dan kalewang.

Dalam perang tersebut Polite berkali-kali kena tembakan senjata musuh namun hanya meninggalkan bekas sobekan pada bajunya tanpa mencederai tubuh Polite. 
Dalam foto (A. Zuppinger "seorang belanda"). dijelaskan bahwa inilah keluarga Pimpinan Wuasa.  yang kemudian menjadi cikal bakal bangsawan-bangsawan Napu saat ini.

Menurut cerita orang-orang tua Napu, setelah Napu ditaklukan oleh kolonial belanda, maka belanda menggantikan posisi Polite sebagai pemimpin  dengan suami Polite sendiri yang bernama Kabo dan diberi gelar Magau oleh Belanda.




Foto: J.W. Wesseldijk (seorang  Belanda) ini mendokumentasikan  kelompok pemuda watutau dalam sebuah kegiaatan adat.

Tambi adalah bentuk rumah asli khas Topekurehua. Saat ini bentuk rumah tambi ini tidak lagi digunakan oleh masyarakat, bahkan masyarakat cenderung dengan konstruksi rumah moderen. sesungguhnya konstruksi rumah Tambi dapat diadopsi menjadi sebuah  konstruksi moderen namun hal ini belum terjadi.

"Foto-foto ini adalah hasil dokumentasi dari beberapa orang belanda yang bertugas dinapu saat itu sebagai misioner antara tahun 1910 sampai dengan tahun 1915.

Selasa, 18 Maret 2014

SITUS POKEKEA

Situs Pokekea terletak di kecamatan Lore Tengah. Keberadaan artefak-artefak megalit ini mengisahkan keagungan tradisi megalit yang berarti pula tingginya peradaban manusia di lembah napu ketika itu. 

Warisan leluhur  berupa   Arca Menhir, Kalamba serta Dolmen ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat sulawesi tengah khususnya masyarakat Lembah Napu atau yang juga dikenal dengan  Topekurehua (suku yang mendiami Lembah Napu).

Hingga saat ini belum ada hasil penelitian arkeologi yang bisa memastikan sejak tahun berapa  tradisi megalit berlangsung dilembah Napu.
Namun berdasarkan priodisasi zaman sejarah, bahwa pernah ada peradaban besar manusia zaman batu besar di lembah napu.

Selain Situs Pokekea di kecamatan Lore Tangah juga terdapat situs Watu Tau dan  Watu Nongko di Kecamatan Lore Peore, situs Tamadue di Lore Utara  serta beberapa situs lainya yang ada di lembah napu.

 


Diyakini masih banyak lagi situs-situs yang belum terinfentarisir karena belum ditemukan, hal ini terbukti dalam beberapa tahun selalu ada temuan-temuan situs megalit. Hal ini dimugkinkan bahwa dilembah napu masih banyak hutan-hutan yang belum terjamah oleh manusia, tidak menutup kemungkinan sebahagian situs megalit masih berada didalam hutan dan semak belukar sehingga tidak terlihat keberadaanya.




 

Betapa artefak-artefak ini seakan berkisah tentang masa lampau kepada kita, bahwa inilah leluhur kalian dengan kemegahan karya meglit yang akan mengingatkan kalian bahwa kami (leluhur) pernah ada bermukim, berbudaya dan berkarya di Lembah Napu ini.


Berdasarkan hasil penelitian arkeologi megalit-megalit di sulawesi tengah berada sejak tahun 3000  SM hingga 1300 SM.

Sulit untuk dibayangkan bagaimana peradaban manusia pendukung kebudayaan megalit kala  itu, apa lagi dengan melihat wujud peninggalan megalit baik arca atau kalamba yang besarnya luar biasa dibentuk hanya dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana.


                     
pertanyaanya kemudian adalah: bagaimana mereka membuat artefak-artefak itu dan berapa banyak orang  mengerjakanya. 

Jika melihat penyebaran situs megalit di Lembah Napu yang terdapat di Desa Tamadue, Watu Nongko, Watu Tau, dan Lembah Beso dapat menimbulkan pertanyaan apakah situs-situs ini dibuat dalam waktu yang bersamaan ataukah tidak bersamaan.

Namun jika dilihat dari bentuk artefak-artefak yang ada "semakin keselatan bentukan (pahatan) artefaknya semakin rapi dan semakin besar. hal ini bisa kita buktikan dengan membandingkan bentukan arca yang berada di desa Tamadue, Watu Nongko, Watu Tau hingga Lembah Besoa, apa lagi jika kita memperhatikan bentukan arca Palindo (patung Sepe) yang berada di Padang Sepe Lore Selatan bentuknya lebih rapih dan lebih besar, demikian pula dengan kalambanya.     

ARCA TADULAKO
(Patung Tadulako)



Inilah Arca Tadulaku atau Patung Tadulako yang terkenal itu, Replika arca ini ada di Museum Propinsi Sulawesi Tengah. Kata tadulako berarti pemimpin, penamaan ini mungkin karena bentuk patung tadulako yang merupakan patung dengan jenis kelamin laki-laki serta perawakan yang tegas dan kuat sehingga diidentikan sebagai pemimpin.   Patung yang berukuran kurang lebih 1,5 meter ini menjadi aikon megalit di lembah napu.

Dewi Mosi

PESONA LEMBAH NAPU

Semilir angin menghembuskan kesejukkan dipuncak Petondongia ketika aku mengabadikan lembah  napu dengan kameraku diantara pepohonan pinus dan kunikmati indahnya bukit-bukit  yang terbentang indah sejauh mata memandang.






Panas terik mentari takmembuatku gerah karena terpaan angin yang sejuk imbangi panas tubuh hingga sejuk terasa.

Kali ini kumanjakan mata dan jiwaku pada indanya pesona alam serta sejuknya hembusan angin membuai ketenangan.... 


Sejenak keluargaku dimanja oleh alam, senyum bahagiakupun takterhingga akankah esok Napuku masih seperti ini?. terlintas bayangan miris  peristiwa kerusakan alam dari beberapa daerah... semoga Napuku tetap indah seindah hatiku saat ini.  

Keindahan perbukitan Lembah Napu dapat kita nikmati ketika kita melakukan perjalanan dari Poso menuju Napu dimana jalan berada di punggung perbukitan persis membelah perbukitan dan padang nan luas membentang dari Hae hingga memasuki perkampungan Topekurehua dimulai dari desa Maholo, desa Winowangan, desa Alitupu hingga keibukota kecamatan Lore Utara  yakni desa Wuasa.




Tak seorangpun yang melewati jalan ini tidak melontarkan kata pujian atas keindahan alam Lembah Napu, karena Lembah Napu adalah sepenggal surga yang ada di Sulawesi Tengah.





Udara yang sangat sejuk serta alam yang memanjakan mata dan menentramkan jiwa membuat kita wajib menghentikan sejenak perjalanan untuk nikmati pesona alam.  





Hutan pinus nan indah mempesona  pun megharuskan kita untuk mengabadikan keindahan ciptaan Ilahi ini.








Inilah kampung halamanku......
kubangga padanya...... 
kusyukuri karuniaNya...... kunikmati indahnya.... 
kujaga adanya.... 
karena aku Topekurehua...